lautan-kayu-muncul-di-daerah-aceh-tamiang-usai-banjir

Lautan Kayu Muncul di Daerah Aceh Tamiang Usai Banjir. Bencana banjir bandang yang melanda Aceh sejak akhir November 2025 terus tinggalkan pemandangan mengerikan, terutama di Kabupaten Aceh Tamiang. Pada Jumat, 5 Desember 2025, warga dan relawan kaget saat temukan “lautan kayu” yang menumpuk di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru. Kayu gelondongan besar dan puing rumah terseret arus Sungai Tamiang, tutupi area seluas ratusan meter persegi, termasuk akses menuju Pondok Pesantren Darul Mukhlishin. Fenomena ini bukan cuma visual menyeramkan; ia hambat bantuan masuk ke desa terisolir. BPBD Aceh Tamiang laporkan tumpukan itu hasil longsor hutan hulu, campur puing rumah yang hanyut. Di tengah 42 korban jiwa dan 10 ribu rumah rusak di kabupaten ini, “lautan kayu” jadi simbol betapa ganasnya bencana—dan tantangan pemulihan yang masih panjang. INFO SLOT

Penyebab Lautan Kayu di Aceh Tamiang: Lautan Kayu Muncul di Daerah Aceh Tamiang Usai Banjir

Banjir bandang datang tiba-tiba pada 25 November 2025, dipicu hujan ekstrem lebih dari 300 mm/hari—tiga kali normal musiman. Sungai Tamiang meluap, seret kayu dari hutan hulu dan puing bangunan warga. Di Tanjung Karang, arus deras bawa gelondongan berdiameter hingga 1 meter, campur balok rumah dan pohon tumbang. Saat air surut, semuanya numpuk seperti bendungan alami, tutupi jalan dan halaman pesantren. Foto udara tunjukkan lautan kayu seluas lapangan sepak bola, tebal 2-3 meter. “Kayu ini dari hutan lindung hulu, longsor bikin semuanya hanyut ke sini,” kata Kepala BPBD Aceh Tamiang, yang sebut fenomena ini mirip tsunami mini. Desa Sekumur dan Lintang Bawah paling parah: 280 rumah rata tanah, penduduk 1.234 jiwa kini mengungsi.

Dampak pada Masyarakat Lokal: Lautan Kayu Muncul di Daerah Aceh Tamiang Usai Banjir

Tumpukan kayu ini bukan cuma hambat lalu lintas; ia isolasi desa dan tambah derita warga. Akses ke Tanjung Karang putus total, bikin bantuan makanan dan obat susah masuk—warga harus lalui rute memutar 50 km via Binjai. RSUD Aceh Tamiang tertimbun lumpur setebal 1 meter, rusak peralatan medis senilai miliaran. “Kami seperti kota zombie, gelap gulita karena tiang listrik rubuh, BBM langka,” cerita warga M Zainal Tanjung dari Kampung Bundar. Anak-anak trauma: suara kayu berderit seperti guntur, bikin mereka takut tidur. Ekonomi lumpuh—lahan sawah 3.479 hektare hancur, nelayan tak bisa ke laut karena puing. Pengungsi 42.453 jiwa di 66 posko kini andalkan dapur umum, tapi stok cuma tahan 2-3 hari. Fenomena ini tambah korban: 12 orang masih hilang, dicari di tumpukan kayu.

Upaya Pembersihan dan Pemulihan

Pemerintah gerak cepat. BPBD Aceh Tamiang kerahkan 5 unit excavator dan 10 dump truck untuk angkut kayu, target selesai 3 hari untuk RSUD. Gubernur Aceh Muzakir Manaf tinjau langsung 6 Desember, sebut Aceh Tamiang “hancur dari atas sampai bawah”—jalan, rumah, hingga laut penuh puing. Wakil Menteri Sosial Agus Jabo umumkan bantuan Rp 500 miliar untuk rekonstruksi, termasuk genset darurat dan sekolah sementara. Relawan seperti Mapala Sumbar bantu susuri sungai, sementara TNI-Polri buka rute darurat via helikopter untuk logistik. Warga lokal ikut gali puing pakai sekop, bentuk ronda untuk jaga posko. “Kami target buka akses Tanjung Karang besok, tapi butuh tambah alat berat,” kata pejabat BPBD. Program Makan Bergizi Gratis Prabowo juga jalan: nasi kotak harian untuk 10 ribu pengungsi.

Kesimpulan

Lautan kayu di Aceh Tamiang usai banjir bandang jadi pemandangan pilu yang gambarkan ganasnya bencana ini—42 jiwa raib, desa rata tanah, dan isolasi yang bikin bantuan tersendat. Tapi upaya pembersihan BPBD, relawan, dan pemerintah tunjukkan gotong royong bangsa tak tergoyahkan. Dari excavator angkut puing hingga bantuan Rp 500 miliar, langkah ini beri harapan: akses segera terbuka, warga pulang, dan ekonomi bangkit. Aceh Tamiang kuat; fenomena ini bukan akhir, tapi awal pemulihan. Semoga hujan reda, dan “lautan kayu” itu jadi kenangan—ganti dengan cerita bangkit yang lebih kuat.

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *