Polisi Ungkap Bagaimana Kebakaran Terpicu di Terra Drone. Tragedi kebakaran maut di gedung PT Terra Drone Indonesia, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Selasa (9 Desember 2025) terus ungkap fakta kelam. Polisi akhirnya bocorkan bagaimana api awalnya terpicu: ledakan baterai litium di lantai satu, ruang gudang dan servis drone, yang sempat dipadamkan karyawan tapi malah menyebar cepat ke lantai atas. Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Susatyo Purnomo Condro, ungkap ini di konferensi pers Rabu (10 Desember), setelah tim Labfor olah TKP. Dampaknya tragis: 22 korban jiwa, mayoritas tewas karena hirup gas beracun seperti karbon monoksida, dan puluhan luka-luka. Gedung enam lantai itu jadi lautan api dalam dua jam, bikin 150 karyawan panik evakuasi. Kasus ini kini jerat Dirut perusahaan sebagai tersangka, dengan ancaman penjara seumur hidup karena kelalaian. Ini bukan sekadar kecelakaan; polisi sebut ini akibat penyimpanan tak aman, soroti risiko industri tech di tengah kota. BERITA BASKET
Kronologi Ledakan yang Mematikan: Polisi Ungkap Bagaimana Kebakaran Terpicu di Terra Drone
Kejadian bermula pukul 12.30 WIB di lantai satu, ruang gudang baterai drone. Seorang karyawan lihat percikan api dari tumpukan baterai litium—rawan korslet karena overload atau kerusakan—dan coba padamkan pakai APAR. Tapi api malah membesar, karena ruangan penuh material mudah terbakar seperti kabel dan komponen elektronik. Dalam 10 menit, api naik ke lantai tiga dan empat via lift servis dan ventilasi buruk. Asap tebal langsung menyelimuti, bikin karyawan di lantai atas—mayoritas tim servis—terjebak. Laporan ke hotline 112 masuk pukul 12.40 WIB, dan 15 unit pemadam kebakaran tiba 20 menit kemudian. Api padam pukul 17.38 WIB, tapi terlambat: 22 orang tewas, termasuk satu mahasiswa magang. Susatyo bilang, “Baterai ini sumber api pertama, tapi penyebarannya cepat karena gudang overload—stok baterai masih dihitung, tapi puluhan unit.”
Penyebab Utama: Baterai Litium yang Tak Terkendali: Polisi Ungkap Bagaimana Kebakaran Terpicu di Terra Drone
Polisi yakin pemicu utama ledakan baterai litium, bahan berbahaya yang Terra Drone simpan untuk servis drone industri. Baterai ini, dengan densitas energi tinggi, bisa meledak saat korslet atau panas berlebih—faktor yang ditemukan Labfor dari sisa-sisa hangus dan pola pembakaran. Ruang gudang lantai satu tak punya ventilasi memadai atau sprinkler khusus, plus tumpukan tak rapi abaikan SOP keselamatan 2024. Susatyo ungkap, “Ini tempat servis sekaligus gudang, jadi baterai banyak—tapi penyimpanannya ceroboh, tanpa pemisah api.” Ini mirip kasus baterai EV di pabrik China tahun lalu, di mana ledakan sebabkan korban jiwa. Polisi periksa 10 saksi karyawan yang bilang peringatan sebelumnya diabaikan, bikin Dirut jadi tersangka utama. Faktor lain: pintu evakuasi terkunci dan alarm telat, tambah korban.
Dampak Tragis dan Respons Pemerintah
Kematian 22 orang—15 perempuan, tujuh laki-laki—mayoritas karena hirup asap dan gas CO, kata Karo Dokpol Polri Brigjen Nyoman Eddy Purnama. Identifikasi DNA selesai Rabu sore, jenazah diserahkan keluarga. Puluhan luka-luka dirawat di RS Polri Kramat Jati, dengan biaya ditanggung Pemprov DKI. Pramono Anung jenguk korban, janji kompensasi Rp 500 juta per keluarga dan trauma healing. Perusahaan tutup sementara, kerja sama investigasi, tapi keluarga tuntut keadilan: “Ini pembunuhan karena ceroboh.” Pemerintah segel gedung untuk audit keselamatan nasional, Kementerian Ketenagakerjaan perintahkan inspeksi serupa di 50 perusahaan tech. Ini pelajaran pahit: industri drone booming, tapi regulasi keselamatan harus ketat.
Kesimpulan
Polisi ungkap kebakaran Terra Drone terpicu ledakan baterai litium di gudang overload, yang sempat dipadamkan tapi malah sebabkan 22 nyawa melayang karena asap beracun. Dari kronologi cepat hingga kelalaian penyimpanan, kasus ini soroti risiko tech di kota padat. Respons polisi tegas dengan tersangka Dirut, sementara pemerintah beri dukungan korban—tapi pencegahan krusial agar tak terulang. Keluarga berduka, tapi tuntut vonis berat. Ini pengingat: keselamatan tak boleh dikorbankan ambisi bisnis. Pantau sidang, karena keadilan bisa ubah regulasi drone Indonesia.