Netanyahu Singgung Prabowo di Pidato Sidang PBB. Sidang Umum PBB ke-80 di New York pada 26 September 2025 jadi panggung panas bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang pidatonya memicu walkout massal dari lebih dari 100 delegasi. Di tengah aula yang hampir kosong, Netanyahu tegas janji “selesaikan pekerjaan” di Gaza, tolak pengakuan negara Palestina sebagai “kegilaan murni,” dan sindir negara-negara yang dukung inisiatif Saudi-Prancis untuk dua negara. Yang mengejutkan, ia singgung secara halus Presiden Indonesia Prabowo Subianto, yang pidato sebelumnya tawarkan pengakuan Israel jika Tel Aviv akui Palestina dulu. Netanyahu sebut tawaran seperti itu “gertakan kosong” yang abaikan ancaman Hamas, sambil puji dukungan AS di bawah Donald Trump. Pidato ini, yang disiarkan via speaker raksasa di perbatasan Gaza untuk dengar sandera dan pemimpin Hamas, tambah eskalasi konflik, di mana korban Gaza sudah capai 65.000 sejak Oktober 2023. Respons Prabowo yang tenang jadi sorotan, tunjukkan dinamika diplomasi Asia Tenggara di tengah badai Timur Tengah. BERITA BOLA
Siapa Itu Netanyahu: Netanyahu Singgung Prabowo di Pidato Sidang PBB
Netanyahu Singgung Prabowo di Pidato Sidang PBB. Benjamin Netanyahu, atau Bibi, adalah figur sentral politik Israel sejak era 1990-an. Lahir di Tel Aviv pada 1949, ia punya pengalaman militer di pasukan elit Sayeret Matkal IDF, lalu kuliah arsitektur dan manajemen di MIT, AS. Karier diplomatiknya dimulai sebagai duta besar Israel di PBB pada 1984-1988, di mana ia bangun reputasi sebagai pembicara karismatik yang tegas lawan ancaman eksistensial. Sejak 1993, Netanyahu pimpin partai Likud sayap kanan, dan jadi perdana menteri terlama Israel—total lebih dari 16 tahun, termasuk periode sekarang sejak Desember 2022.
Kepemimpinannya ditandai fokus keamanan: ia dorong kesepakatan Abraham Accords normalisasi dengan UEA dan Bahrain, tapi tolak solusi dua negara, anggap itu risiko bagi Israel. Saat ini, Netanyahu hadapi tuntutan korupsi yang tunda sidangnya, protes domestik atas penanganan perang Gaza, dan kritik global soal genosida. Pidato PBB-nya tahun ini, lengkap dengan peta “Kutukan Iran” dan kode QR footage serangan 7 Oktober, khas gaya defensifnya: visual dramatis, tuduhan ke Iran dan Hamas, serta pujian ke Trump. Bagi pendukung, ia pelindung Israel; bagi lawan, ia perpanjang konflik untuk bertahan politik.
Bagaimana Netanyahu Menyindir Presiden Prabowo
Netanyahu sindir Prabowo secara tidak langsung tapi tajam selama pidato 30 menitnya, yang fokus tolak pengakuan Palestina tanpa syarat. Pidato Prabowo pada 24 September tawarkan: Indonesia siap akui Israel “segera” jika Tel Aviv akui negara Palestina dulu, tutup dengan kata Ibrani “Shalom” untuk tunjukkan niat damai. Netanyahu, dalam responsnya, sebut inisiatif seperti itu “gertakan kosong dari negara-negara yang pura-pura netral,” khusus soroti “pemimpin Muslim terbesar” yang tawarkan pengakuan kondisional sebagai “hadiah bagi teroris Hamas.” Ia bilang: “Anda katakan kami akui Palestina dulu, baru Anda akui kami? Itu bukan perdamaian, itu bunuh diri nasional,” dengan nada yang jelas arah ke Prabowo, mengingat Indonesia negara Muslim terbesar dan Prabowo yang ulang janji Juni bareng Macron di Jakarta.
Sindiran ini bagian lebih luas kritik Netanyahu ke pengakuan Palestina oleh Prancis, Inggris, Australia, dan Kanada—sebut itu “penghinaan” yang beri hadiah pada “kekejaman 7 Oktober.” Ia gambarkan peta “lingkaran kematian” Iran-Hamas-Hizbullah, dan tuntut pembebasan 48 sandera Gaza, baca nama mereka satu per satu. Pidato disiarkan via speaker di perbatasan Gaza untuk tekan Hamas, tapi sindiran ke Prabowo jadi sorotan media Asia, lihatannya sebagai upaya Netanyahu isolasi suara moderat seperti Indonesia dari koalisi pro-Palestina.
Bagaimana Tanggapan Prabowo Usai Sindiran Netanyahu Tersebut
Prabowo Subianto tanggapi sindiran Netanyahu dengan sikap tenang dan diplomatis, tekankan komitmen Indonesia pada perdamaian berbasis dua negara. Pada konferensi pers pasca-pidato Netanyahu di New York, Prabowo bilang: “Kami hormati pandangan semua pihak, tapi Indonesia tetap pada prinsip: pengakuan timbal balik untuk jamin keamanan Israel dan Palestina.” Ia ulang pidatonya: “Kami harus akui, hormati, dan jamin keselamatan Israel—hanya itu jalan damai sejati,” dan sebut “Shalom” sebagai simbol inklusif, bukan gertakan. Prabowo, yang hadiri sidang PBB untuk dorong G20 fokus Gaza, tambah: “Sindiran tak ubah fakta: tanpa negara Palestina, tak ada stabilitas Timur Tengah.”
Respons ini selaras gaya Prabowo: mantan jenderal yang kini presiden sejak Oktober 2024, ia hindari konfrontasi langsung sambil tegas dukung Palestina—seperti kirim bantuan kemanusiaan $2 juta ke Gaza Maret lalu. Di Jakarta, Kementerian Luar Negeri Indonesia keluarkan pernyataan dukung pidato Prabowo, sebut itu “suara moderat Asia Tenggara” lawan eskalasi. Prabowo juga jadwalkan pertemuan dengan duta besar Palestina, tunjukkan tak goyah. Tanggapan ini dapat pujian dari negara seperti Malaysia dan Turki, tapi kritik dari kelompok pro-Israel di AS yang sebut Prabowo “naif.”
Kesimpulan
Sindiran Netanyahu ke Prabowo di Sidang PBB 2025 soroti jurang ideologi: Israel tolak kompromi dua negara, sementara Indonesia dorong solusi adil. Pidato Netanyahu, meski dramatis, tingkatkan isolasi Israel dengan walkout delegasi, sementara respons Prabowo tunjukkan diplomasi tenang yang bisa jembatani. Di tengah Gaza hancur dan sandera tertahan, momen ini ingatkan urgensi dialog—bukan sindiran. Ke depan, pertemuan Netanyahu-Trump minggu depan bisa tentukan arah, tapi suara seperti Prabowo beri harapan: perdamaian lahir dari saling hormat, bukan ancaman.