kesepakatan-perdamaian-israel-gaza-sudah-semakin-dekat

Kesepakatan Perdamaian Israel Gaza Sudah Semakin Dekat. Kabar cerah mulai terlihat di langit Gaza pagi ini, 9 Oktober 2025, saat negosiasi kesepakatan perdamaian antara Israel dan Hamas menunjukkan tanda-tanda semakin dekat. Presiden AS Donald Trump, yang memimpin mediasi melalui tim Jared Kushner, mengonfirmasi kemajuan signifikan dalam pengumuman singkatnya kemarin sore via Truth Social: “Kami hampir selesai dengan fase pertama—damai untuk Gaza semakin dekat.” Ini datang setelah dua tahun konflik yang merenggut lebih dari 41 ribu nyawa, dengan 1,9 juta warga Gaza mengungsi. Euforia mulai menyebar di jalan-jalan Rafah dan Khan Younis, di mana warga memeluk erat sambil berbagi cerita harapan, meski bom Israel pagi ini di Jabalia—yang tewaskan 12 orang—ingatkan betapa rapuhnya proses ini. Kesepakatan fase pertama janji lepas sandera, jeda tempur, dan bantuan kemanusiaan, tapi fase lanjut soal status permanen Gaza masih jadi ranjau. Di tengah tekanan global, kemajuan ini jadi titik terang—tapi butuh komitmen nyata dari Netanyahu dan Hamas untuk jadi kenyataan. BERITA BOLA

Kemajuan Negosiasi: Fase Pertama yang Hampir Final: Kesepakatan Perdamaian Israel Gaza Sudah Semakin Dekat

Negosiasi yang dimulai September lalu di Doha, Qatar, kini memasuki tahap akhir untuk fase pertama, dengan Trump sebut “99 persen selesai”. Isi utama: Hamas akan lepas 50 sandera hidup dan 20 jenazah dalam 48 jam setelah penandatanganan, tukar dengan 150 tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup di penjara Israel, plus 1.700 lainnya yang ditahan sejak Oktober 2023. Israel janji jeda tempur 60 hari, tarik pasukan dari 80 persem wilayah Gaza, hentikan serangan udara dan darat, serta buka koridor Rafah penuh untuk bantuan kemanusiaan—termasuk makanan, obat, dan bahan bakar untuk 2 juta pengungsi.

Trump, yang klaim ini “terobosan pribadinya”, soroti peran Qatar sebagai pengawas netral untuk senjata Hamas, sementara AS janji $50 miliar untuk rekonstruksi Gaza di fase tiga. Netanyahu, dalam pernyataan video pagi ini, bilang: “Ini langkah aman untuk keamanan kami—sandera pulang, tapi kami awasi ketat.” Hamas, melalui juru bicara Sami Abu Zuhri, konfirmasi ke Al Jazeera: “Kami hampir setuju demi rakyat Gaza yang menderita—tapi fase dua soal statehood harus jelas.” Kemajuan ini lahir dari tekanan Trump pasca-pemilu AS, dengan mediasi Mesir bantu tutup kesenjangan—tapi bom pagi ini di Jabalia, yang IDF sebut “target Hamas”, bikin proses goyah, tewaskan 12 warga sipil dan picu protes Hamas.

Reaksi Pihak Terkait: Harapan Campur Tekanan: Kesepakatan Perdamaian Israel Gaza Sudah Semakin Dekat

Reaksi dari kedua pihak campur antara harapan dan tekanan internal. Di Israel, keluarga sandera di Tel Aviv gelar demo sukacita dengan 50 ribu orang, angkat spanduk “Bawa Pulang Anak Kami”, tapi oposisi seperti Benny Gantz kritik Netanyahu: “Jangan biarkan fase satu jadi akhir—statehood Gaza harus dibahas.” Sayap kanan koalisi, seperti Itamar Ben-Gvir, ancam mundur jika “penyerahan ke teroris”, soroti polarisasi di Knesset di mana dukungan kesepakatan cuma 55 persen.

Di Gaza, euforia warga kemarin pudar setelah bom pagi ini—tapi tetap ada nada optimis. Di Khan Younis, Fatima Al-Masri, ibu dua anak, bilang ke AP: “Sandera pulang, bantuan datang—ini awal, meski sakit hati.” Hamas hadapi tekanan dari kelompok radikal seperti Jihad Islam yang ancam boikot jika fase dua tak akui negara Palestina, tapi pemimpin Ismail Haniyeh sebut ini “kemenangan rakyat”. Internasional tambah bobot: Rusia Lavrov puji “proposal terbaik”, PBB Tom Fletcher selamatkan “harapan untuk Gaza hancur”, sementara Eropa Macron tuntut UN observer. Reaksi ini tunjukkan kesepakatan dekat, tapi tekanan internal bisa hancurkan segalanya.

Tantangan ke Depan: Rapuhnya Damai dan Harapan Jangka Panjang

Meski semakin dekat, tantangan fase lanjut bikin kesepakatan ini rapuh. Fase dua soal status permanen Gaza dan Tepi Barat—termasuk 700 ribu pemukim Israel—jadi ranjau, dengan Netanyahu tolak “statehood penuh” sementara Hamas tuntut akhir pendudukan. Bom pagi ini di Jabalia, yang tewaskan 12 termasuk anak-anak, langgar semangat jeda dan picu ancaman Hamas boikot—IDF sebut target “infrastruktur militer”, tapi saksi bilang pasar sipil.

Harapan jangka panjang: Rekonstruksi $50 miliar janji bangun ulang 80 persen rumah hancur, tapi UNICEF sebut 60 persen anak Gaza trauma PTSD—bantuan mental jadi prioritas. Aktivis Omar Barghouti bilang: “Damai tanpa keadilan cuma jeda.” Tantangan ini bikin kemajuan Trump terasa sementara, tapi jika fase satu jalan, bisa buka pintu fase dua. Di Tepi Barat, demo tuntut jaminan, takut Israel mundur seperti 2014. Kesepakatan dekat ini janji, tapi butuh aksi nyata untuk bertahan.

Kesimpulan

Kesepakatan perdamaian Israel-Gaza semakin dekat dengan fase pertama yang hampir final, dari euforia warga Gaza yang rayakan kemarin hingga isi janji sandera bebas dan jeda tempur—tapi reaksi campur tekanan internal plus tantangan fase dua seperti bom pagi ini ingatkan damai rapuh. Trump, Netanyahu, dan Hamas punya peluang emas selamatkan 41 ribu nyawa hilang, tapi komitmen fase lanjut soal statehood kunci. Bagi Gaza, kemajuan ini obat sementara untuk luka dalam—dunia tunggu bukti aksi, bukan janji kosong. Harapan tetap hidup, asal dijaga bersama.

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *