Banjir di Ciledug Mencapai Tinggi 80CM. Wilayah Ciledug, Tangerang, kembali menjadi sorotan akibat banjir yang melanda beberapa hari lalu. Ketinggian air mencapai 80 cm di sejumlah titik, menyebabkan gangguan signifikan bagi warga setempat. Banjir ini bukan hanya menyulitkan aktivitas sehari-hari, tetapi juga memunculkan kekhawatiran akan dampak jangka panjang, seperti kerusakan infrastruktur dan kesehatan masyarakat. Fenomena ini seolah menjadi pengingat bahwa masalah banjir masih menjadi tantangan besar di kawasan urban seperti Ciledug, yang dikenal sebagai salah satu daerah padat penduduk di pinggiran Jakarta. Apa penyebab banjir ini, kapan terjadi, dan bagaimana upaya pemerintah menanganinya? Artikel ini akan mengulas peristiwa banjir di Ciledug secara ringkas dan jelas. BERITA BOLA
Kapan Banjir Ini Terjadi
Banjir di Ciledug dilaporkan terjadi pada Senin malam, 15 September 2025, setelah hujan deras mengguyur wilayah Tangerang dan sekitarnya selama beberapa jam. Curah hujan yang tinggi, yang dimulai sekitar pukul 18.00 WIB, menyebabkan ketinggian air meningkat dengan cepat di sejumlah titik, terutama di kawasan permukiman padat seperti Jalan Raden Fatah, Jalan HOS Cokroaminoto, dan beberapa gang di sekitar Pasar Ciledug. Hingga Selasa pagi, 16 September 2025, air masih menggenang dengan ketinggian rata-rata 50-80 cm di area-area tersebut, membuat banyak warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman atau bertahan di lantai atas rumah mereka. Banjir ini juga mengganggu akses jalan utama, menyebabkan kemacetan parah di beberapa ruas jalan menuju Jakarta dan Tangerang kota.
Apa yang Menyebabkan Banjir Ini Bisa Terjadi: Banjir di Ciledug Mencapai Tinggi 80CM
Banjir di Ciledug bukanlah kejadian baru dan dipicu oleh kombinasi beberapa faktor. Pertama, curah hujan ekstrem yang terjadi dalam waktu singkat menyebabkan luapan air di sungai-sungai utama, seperti Sungai Angke dan Sungai Pesanggrahan, yang melintasi wilayah Ciledug. Sistem drainase di daerah ini, yang banyak dianggap sudah tua dan tidak memadai, tidak mampu menampung volume air yang besar. Saluran-saluran air kerap tersumbat oleh sampah, termasuk plastik dan limbah rumah tangga, yang memperparah genangan.
Kedua, tingginya tingkat urbanisasi di Ciledug telah mengurangi area resapan air. Banyak lahan hijau yang dulunya berfungsi sebagai penyerap air kini beralih menjadi permukiman atau bangunan komersial. Hal ini membuat air hujan langsung mengalir ke jalanan dan saluran tanpa sempat terserap oleh tanah. Ketiga, letak geografis Ciledug yang relatif rendah dibandingkan wilayah sekitarnya membuatnya rentan menjadi tempat mengumpulnya air dari daerah yang lebih tinggi, seperti Jakarta Selatan atau Tangerang Selatan. Faktor lain yang turut berperan adalah kurangnya koordinasi dalam pengelolaan sungai dan drainase lintas wilayah, yang sering kali menghambat upaya pencegahan banjir.
Kapan Estimasi Untuk Pemerintah Menyurutkan Banjir Tersebut
Pemerintah Kota Tangerang, bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), langsung bergerak cepat untuk menangani banjir ini. Sejak Selasa pagi, 16 September 2025, tim BPBD telah mengerahkan pompa air portabel untuk menyedot genangan di titik-titik kritis. Posko darurat juga didirikan untuk membantu warga yang terdampak, termasuk menyediakan makanan, air bersih, dan tempat pengungsian sementara. Berdasarkan laporan awal, pemerintah menargetkan genangan air di sebagian besar wilayah dapat surut dalam waktu 24-48 jam sejak hujan reda, yaitu sekitar Rabu malam hingga Kamis pagi, 18 September 2025, dengan catatan tidak ada hujan tambahan yang signifikan.
Namun, untuk titik-titik dengan genangan lebih dalam, seperti di sekitar Sungai Angke, proses penyedotan air diperkirakan membutuhkan waktu lebih lama, mungkin hingga akhir pekan. Pemerintah juga berencana membersihkan saluran air yang tersumbat dan memperbaiki sistem drainase di beberapa lokasi sebagai langkah jangka pendek. Untuk jangka panjang, rencana normalisasi sungai dan pembangunan waduk kecil di hulu sedang dibahas, meskipun proyek ini memerlukan waktu dan anggaran besar. Cuaca yang masih tidak menentu di musim hujan ini menjadi tantangan tambahan, sehingga warga diimbau untuk tetap waspada.
Kesimpulan: Banjir di Ciledug Mencapai Tinggi 80CM
Banjir setinggi 80 cm di Ciledug menjadi pengingat bahwa tantangan banjir di wilayah urban masih jauh dari selesai. Kejadian pada 15-16 September 2025 ini, yang dipicu oleh hujan deras, drainase buruk, dan minimnya area resapan air, telah mengganggu kehidupan ribuan warga. Meskipun pemerintah bergerak cepat dengan mengerahkan pompa dan posko darurat, estimasi penyurutan air hingga 18 September menunjukkan bahwa solusi jangka pendek belum cukup. Diperlukan upaya serius, seperti perbaikan drainase dan pengelolaan sungai yang lebih baik, untuk mencegah banjir berulang. Bagi warga Ciledug, kejadian ini adalah panggilan untuk lebih peduli pada lingkungan, seperti mengurangi pembuangan sampah sembarangan, sambil berharap pemerintah dapat mewujudkan solusi jangka panjang yang efektif.