rs-indonesia-di-gaza-tetap-siaga-usai-gencatan-senjata

RS Indonesia di Gaza Tetap Siaga Usai Gencatan Senjata. Hari ini, 16 Oktober 2025, Rumah Sakit Indonesia di Gaza tetap beroperasi penuh meski gencatan senjata antara Hamas dan Israel sudah berlaku sejak 10 Oktober lalu. Fasilitas kemanusiaan yang dikelola relawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) dari Indonesia ini jadi salah satu benteng kesehatan terakhir di Gaza Utara, di tengah kerusakan parah akibat konflik. Relawan lokal yang meninjau kondisi RS usai gencatan bilang, tim medis masih siaga 24 jam untuk tangani korban luka dan penyakit kronis, meski di bawah pengawasan ketat tentara Israel. Ini bukti komitmen Indonesia tak goyah, bahkan saat bantuan mulai mengalir ke wilayah itu. Di tengah harapan damai rapuh, RS ini tak cuma rawat pasien, tapi juga simbol solidaritas yang bantu puluhan ribu jiwa. BERITA BOLA

Latar Belakang RS Indonesia di Gaza: RS Indonesia di Gaza Tetap Siaga Usai Gencatan Senjata

Rumah Sakit Indonesia mulai beroperasi di Gaza Utara sejak awal 2024, sebagai bagian bantuan kemanusiaan pemerintah Indonesia melalui MER-C. Fasilitas ini dibangun di bekas lokasi sekolah yang rusak, dengan kapasitas 50 tempat tidur, ruang operasi darurat, dan farmasi dasar. Hingga sebelum gencatan, RS tangani ribuan kasus luka tembak, infeksi, dan malnutrisi, di mana Gaza kekurangan 80 persen fasilitas kesehatan. Relawan MER-C, yang terdiri dari dokter, perawat, dan teknisi dari berbagai daerah Indonesia, rotasi setiap tiga bulan untuk jaga kestabilan.

Lokasinya strategis di Gaza Utara, dekat zona evakuasi, bikin RS ini prioritas bagi warga yang lari dari serangan. Sebelum gencatan, RS sering kena ledakan terdekat, tapi tim tetap bertahan dengan generator cadangan dan stok obat terbatas. Ini sejalan misi kemanusiaan Indonesia yang netral, di mana Kemlu tekankan RS ini murni untuk medis, bukan politik. Hingga September 2025, RS rawat lebih dari 15.000 pasien, termasuk anak dan lansia, tunjukkan peran krusial di tengah blokade bantuan. Gencatan senjata jadi titik balik, tapi pengawasan Israel tetap bikin operasi hati-hati.

Kondisi RS Pasca Gencatan Senjata: RS Indonesia di Gaza Tetap Siaga Usai Gencatan Senjata

Usai gencatan resmi 10 Oktober, relawan lokal langsung tinjau RS dan laporkan kondisi rusak parah: dinding retak, atap bocor, dan stok obat tinggal 40 persen. Meski begitu, tim medis tetap siaga, tangani 200 pasien per hari—kebanyakan luka lama dan infeksi pasca-konflik. Pengawasan tentara Israel masih ketat: patroli harian dan cek barang masuk, batasi pengiriman obat dan makanan. Satu relawan MER-C bilang, “Kami tetap buka, tapi setiap truk bantuan dicek berjam-jam—ini tantang logistik kami.”

Kerusakan ini akibat serangan sebelum gencatan, di mana RS kena puing ledakan yang hancurkan ruang ICU sementara. Tapi, tim adaptasi cepat: pindah pasien ke tenda darurat dan pakai solar panel untuk listrik. WHO puji RS Indonesia sebagai “salah satu fasilitas fungsional segelintir” di Gaza, di mana 90 persen RS rusak. Pasca gencatan, bantuan mulai masuk: 24 jam pertama, tim medis darurat WHO kerahkan ke RS terdekat, termasuk Al Ahli, tapi RS Indonesia tetap prioritas karena lokasi utara. Ini beri harapan: dengan gencatan, stok obat bisa normal, meski pengawasan Israel bikin proses lambat.

Komitmen Tim Medis dan Harapan Kemanusiaan

Tim MER-C, yang mayoritas relawan sukarelawan, tunjukkan dedikasi luar biasa. Dokter seperti dr. Lalu yang rotasi dari Lombok bilang, “Kami di sini untuk selamatkan nyawa, gencatan atau tidak—siaga 24 jam jadi kewajiban.” Mereka tangani kasus kompleks seperti operasi darurat untuk korban luka ledak, meski alat terbatas. Gencatan bawa angin segar: warga Gaza pulang dari pengungsian, tapi banyak tanpa rumah, bikin RS banjir pasien trauma. Israel sediakan RS khusus sandera, tapi warga Gaza tetap andalkan fasilitas seperti RS Indonesia untuk perawatan dasar.

Harapan besar: dengan gencatan, bantuan kemanusiaan mengalir lebih lancar, seperti truk obat dari Mesir yang baru tiba. Kemlu Indonesia tekankan RS ini murni kemanusiaan, dan relawan siap perpanjang tugas jika perlu. Ini simbol solidaritas: Indonesia, sebagai negara muslim terbesar, bantu Gaza tanpa pamrih. Warga Gaza, meski waspada, harap gencatan tahan—RS Indonesia jadi bukti dunia peduli.

Kesimpulan

RS Indonesia di Gaza tetap siaga pasca gencatan senjata jadi cerita haru di tengah kerapuhan damai. Dari latar bantuan kemanusiaan hingga kondisi rusak tapi tangguh, komitmen relawan MER-C tunjukkan kekuatan solidaritas. Pengawasan Israel tantang, tapi bantuan yang mulai masuk beri optimisme. Indonesia bangga—RS ini tak cuma rawat luka fisik, tapi juga hati rakyat Gaza. Yang pasti, gencatan ini peluang emas: biar RS Indonesia terus jadi cahaya harapan, dan damai jadi permanen.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *