AS Peringatkan Israel Untuk Tidak Sentuh Tepi Barat. Ketegangan di Timur Tengah kembali memuncak saat Amerika Serikat menyuarakan peringatan tegas kepada Israel untuk menghindari langkah aneksasi di Tepi Barat. Pada 23 Oktober 2025, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan bahwa upaya parlemen Israel untuk menerapkan kedaulatan atas pemukiman di wilayah itu bisa membahayakan kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan upaya perdamaian lebih luas. Pernyataan ini disampaikan jelang kunjungan Rubio ke Yerusalem, di tengah kekerasan yang meningkat dari pemukim Israel terhadap warga Palestina. Situasi ini muncul setelah Knesset maju undang-undang pendahuluan untuk aneksasi, yang langsung picu reaksi internasional. AS, sebagai sekutu utama Israel, kini berada di posisi sulit: dukung keamanan Tel Aviv sambil tekan komitmen dua negara. Di balik retorika, ini jadi ujian bagi administrasi Trump yang baru untuk jaga keseimbangan di kawasan yang rapuh, di mana satu kesalahan bisa picu eskalasi baru. BERITA BASKET
Latar Belakang Langkah Aneksasi Israel: AS Peringatkan Israel Untuk Tidak Sentuh Tepi Barat
Langkah Knesset bukan hal baru, tapi timingnya krusial. Sejak akhir 2024, pemerintah koalisi Netanyahu dorong agenda nasionalis dengan dukungan partai sayap kanan, termasuk proposal aneksasi pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang kini dihuni sekitar 500.000 orang. Undang-undang pendahuluan yang lolos suara mayoritas pada 22 Oktober memungkinkan penerapan hukum Israel di wilayah tersebut, langkah yang dianggap langgar perjanjian Oslo 1993. Alasan resmi: lindungi pemukim dari serangan yang naik 40 persen tahun ini, termasuk insiden pembakaran masjid dan serangan bersenjata.
Tepi Barat, yang dikuasai Israel sejak 1967, jadi hotspot konflik dengan 3 juta warga Palestina. Kekerasan pemukim, yang sering didukung militer, tewaskan puluhan warga sipil sejak awal 2025. Netanyahu sebut ini “kebutuhan keamanan” pasca-serangan Hamas 7 Oktober 2023, tapi kritikus bilang tujuannya politik: perkuat basis koalisi jelang pemilu. Pemukiman ilegal menurut hukum internasional kini luasnya setara kota besar, ganggu mobilitas Palestina dan potong wilayah potensial negara masa depan. Maju undang-undang ini langsung picu protes di Ramallah dan demo global, dengan PBB sebut langkah itu “provokatif” di tengah gencatan senjata Gaza yang rapuh.
Pernyataan Rubio dan Respons Diplomatik AS: AS Peringatkan Israel Untuk Tidak Sentuh Tepi Barat
Rubio tak buang waktu. Dalam konferensi pers di Washington, ia tegas: “Langkah aneksasi bisa imperil kesepakatan Gaza dan bicara damai yang kami dorong.” Ia soroti bahwa AS tolak perubahan status quo di Tepi Barat, sesuai komitmen dua negara yang didukung Trump. Pernyataan ini bagian dari strategi AS untuk mediasi, termasuk janji bantuan militer 3,8 miliar dolar tahunan asal Israel patuh norma internasional. Rubio rencana diskusikan ini langsung dengan Netanyahu, plus tekanan pada kekerasan pemukim yang “ancam stabilitas kawasan.”
Respons AS lebih luas: Gedung Putih keluarkan pernyataan resmi tolak aneksasi, sebut itu “tak bantu tujuan bersama lawan terorisme.” Ini kontras dengan dukungan kuat Trump untuk Israel, tapi tunjukkan batas—terutama setelah sanksi AS terhadap pemukim ekstremis bulan lalu. Oposisi Israel, seperti partai Yesh Atid, puji Rubio atas “sikap bertanggung jawab,” sementara koalisi Netanyahu bilang ini “campur tangan luar.” Di sisi Palestina, Otoritas Palestina sambut baik, tuntut AS tekan lebih keras untuk hentikan pembangunan pemukiman baru yang capai 5.000 unit tahun ini. Diplomasi ini juga libatkan sekutu: Inggris dan Prancis ikut desak Israel mundur, sementara Arab Saudi pantau ketat jelang normalisasi potensial.
Dampak Potensial bagi Konflik Regional
Jika aneksasi lanjut, dampaknya luas dan berbahaya. Di Gaza, gencatan senjata yang baru diraih bisa runtuh—Hamas sebut langkah Israel “pemicu perang baru,” picu serangan roket potensial. Di Tepi Barat, kekerasan sipil naik: data PBB catat 200 insiden pemukim sejak Januari, tewaskan 30 warga Palestina. Ekonomi kawasan tertekan: blokade pemukim ganggu panen zaitun Palestina senilai miliaran shekel, sementara Israel hadapi boikot global yang rugikan ekspor 10 persen.
Secara regional, ini uji aliansi Abraham Accords. Negara Teluk seperti UEA khawatir eskalasi ganggu investasi, sementara Iran manfaatkan untuk dorong proksi seperti Hizbullah. Bagi AS, kegagalan mediasi bisa rusak kredibilitas Trump di Timur Tengah, terutama saat fokus Gaza. Palestina tuntut konferensi internasional untuk bebaskan Tepi Barat, tapi tanpa tekanan AS, sulit terealisasi. Di sisi positif, peringatan Rubio bisa jadi katalisator dialog: Israel mungkin tunda undang-undang untuk jaga bantuan AS, sementara Palestina tawarkan kerjasama keamanan. Tapi tanpa kompromi, kawasan ini berisiko kembali ke siklus kekerasan yang sudah tewaskan ribuan sejak 2023.
Kesimpulan
Peringatan AS melalui Rubio jadi sinyal penting: bahkan sekutu terdekat punya batas dalam dukung ambisi Israel di Tepi Barat. Di satu sisi, ini lindungi perdamaian rapuh di Gaza; di sisi lain, tekanan diplomatik bisa dorong solusi dua negara yang lama tertunda. Netanyahu hadapi pilihan sulit—prioritas keamanan domestik atau hubungan strategis dengan Washington. Bagi kawasan, harapannya kunjungan Rubio hasilkan komitmen konkret, seperti moratorium pemukiman dan dialog inklusif. Situasi ini belum final, tapi jelas: tanpa de-eskalasi, Tepi Barat bisa jadi pemicu konflik lebih besar. Ke depan, diplomasi AS punya peran kunci untuk ubah peringatan jadi perdamaian nyata, agar Timur Tengah tak lagi jadi medan tarik-menarik geopolitik yang melelahkan.