Israel Usir Puluhan Ribu Warga Palestina dari Tepi Barat. November 2025 kembali menyoroti situasi memprihatinkan di Tepi Barat setelah laporan terbaru mengungkap pengusiran paksa sekitar 32.000 warga Palestina dari tiga kamp pengungsi utara awal tahun ini. Operasi militer Israel di kamp Nur Shams, Jenin, dan Tulkarem pada Januari-Februari memaksa seluruh penduduk meninggalkan rumah mereka, dengan larangan kembali hingga kini. Laporan kelompok hak asasi manusia menyebut tindakan ini sebagai pengusiran massal yang berpotensi jadi kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, karena tak ada alasan militer yang cukup untuk mengosongkan seluruh kamp sipil. INFO CASINO
Operasi Militer yang Picu Pengusiran Massal: Israel Usir Puluhan Ribu Warga Palestina dari Tepi Barat
Operasi dimulai sebagai razia anti-militan di kamp-kamp pengungsi yang padat penduduk. Militer Israel masuk dengan tank dan buldoser, hancurkan ratusan rumah, infrastruktur listrik, air, dan jalan. Penduduk diberi waktu singkat untuk keluar, sering di bawah ancaman tembakan atau drone. Sekitar 32.000 orang – hampir seluruh penghuni tiga kamp – terpaksa mengungsi ke kota terdekat atau tenda darurat. Banyak yang tinggalkan barang berharga, hanya bawa pakaian seadanya. Setelah operasi selesai, akses kembali diblokir total, dengan alasan keamanan, meski militan yang ditarget hanya segelintir.
Tuduhan Kejahatan Perang dari Pihak Independen: Israel Usir Puluhan Ribu Warga Palestina dari Tepi Barat
Kelompok hak asasi menilai pengusiran ini tak proporsional – keberadaan militan tak cukup jadi alasan kosongkan seluruh kamp sipil secara permanen. Lebih dari 850 bangunan hancur atau rusak berat, termasuk sekolah dan klinik. Penduduk tak boleh kembali meski ancaman sudah berlalu, sementara pemukim Israel semakin ekspansi di area sekitar. Ini dilihat sebagai pola sistematis untuk ubah demografi Tepi Barat, langgar hukum internasional yang larang pengusiran paksa di wilayah pendudukan. Israel bantah, klaim operasi hanya target teroris dan pengusiran sementara untuk keselamatan.
Dampak Kemanusiaan bagi Ribuan Pengungsi
Keluarga-keluarga kini hidup di pengungsian sementara, anak-anak putus sekolah, dan akses kesehatan terbatas. Banyak yang trauma berat setelah tinggalkan rumah warisan sejak 1948. Pengusiran ini tambah jumlah pengungsi internal Palestina yang sudah jutaan, perburuk krisis kemanusiaan di Tepi Barat. Organisasi bantuan kesulitan masuk karena blokade, sementara musim dingin semakin mendekat.
Kesimpulan
Pengusiran puluhan ribu warga Palestina dari Tepi Barat awal 2025 jadi babak baru dalam konflik panjang yang penuh penderitaan sipil. Meski diklaim untuk keamanan, skala dan larangan kembali menimbulkan tuduhan serius pelanggaran hukum internasional. Situasi ini tuntut perhatian dunia agar pengungsi bisa pulang dan hak mereka dilindungi. Di tengah fokus pada Gaza, Tepi Barat jangan sampai terlupakan – perdamaian sejati butuh keadilan bagi semua pihak, bukan pengusiran yang tambah luka lama.