Ledakan di Kota Pamulang Membuat 1 Korban Meninggal. Pagi yang seharusnya tenang di permukiman Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, berubah mencekam saat ledakan dahsyat mengguncang Jalan Talas II pada 12 September 2025. Suara gemuruh seperti petir di siang bolong membangunkan warga, diikuti kepanikan saat rumah-rumah ambruk dan api menyala. Tragedi ini merenggut nyawa satu orang, melukai beberapa lainnya, dan merusak hingga 20 rumah. Pemilik rumah sumber ledakan, yang sempat berjuang di rumah sakit, akhirnya meninggal dunia seminggu kemudian. Di tengah duka, aparat dan pemerintah daerah bergerak cepat: polisi olah tempat kejadian, BPBD tangani pengungsi, dan Pemkot Tangsel janjikan bantuan renovasi. Ini bukan sekadar kecelakaan; ini pengingat betapa rapuhnya keselamatan sehari-hari di tengah hiruk-pikuk kota satelit. Apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana dampaknya bagi warga biasa? Mari kita telusuri kronologi dan fakta di balik ledakan yang meninggalkan luka mendalam. BERITA BOLA
Siapakah Nama Dari Korban Meninggal Tersebut: Ledakan di Kota Pamulang Membuat 1 Korban Meninggal
Korban meninggal dunia dalam ledakan ini bernama Agus, warga berusia 45 tahun yang merupakan pemilik rumah di mana gas bocor menjadi pemicu tragedi. Agus, seorang bapak dua anak asal Sukabumi, dikenal sebagai warga biasa yang tinggal bersama keluarganya di RT 03 RW 01, Kelurahan Pondok Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang. Ia sempat dirawat di RS Hermina Ciputat sebelum dirujuk ke RS Tarakan, Jakarta Pusat, karena kondisinya kritis. Agus menghembuskan napas terakhir pada Jumat malam, 19 September 2025, sekitar pukul 22.30 WIB, setelah hampir seminggu berjuang melawan luka bakar parah hampir 100 persen dengan derajat 2B—kondisi yang membuat kulitnya melepuh dan terkelupas, disertai luka terbuka.
Kabar duka ini langsung menyebar melalui grup WhatsApp warga, membawa kesedihan mendalam bagi tetangga yang mengenalnya sebagai sosok ramah. Jenazah Agus dibawa ke kampung halamannya di Ujung Genteng, Sukabumi, sesuai permintaan ibu kandungnya, untuk dimakamkan di sana. Keluarganya, termasuk istri Rini Andriani dan anak sulung Rizky Aditya Pratama, masih bergulat dengan trauma. Agus bukan hanya korban; ia adalah tulang punggung keluarga yang kini kehilangan kepala rumah tangga. Pemakaman di Sukabumi berlangsung sederhana, dihadiri kerabat dekat, sementara warga Pamulang berdoa dari jauh. Tragedi ini meninggalkan lubang besar, mengingatkan betapa cepatnya nasib bisa berubah di pagi biasa.
Apa Kronologi Awal Ledakan Ini Bisa Terjadi
Ledakan bermula dari kebocoran gas elpiji yang tak terdeteksi, berujung akumulasi gas di ruang tertutup yang tersulut api kecil dari pemantik kompor. Pada Jumat, 12 September 2025, sekitar pukul 05.15 WIB, warga Pondok Cabe Ilir terbangun oleh suara ledakan kencang yang mengguncang seluruh kawasan. Menurut olah tempat kejadian perkara (TKP) polisi, kebocoran berasal dari tabung elpiji 12 kilogram di rumah Agus. Gas yang bocor mengisi ruangan dapur, dan saat keluarga hendak menyalakan kompor untuk sarapan, percikan api memicu dentonasi dahsyat.
Warga sekitar mendengar suara “boom” yang disusul getaran seperti gempa ringan. Rumah Agus hancur total, tembok roboh, dan puing beterbangan hingga 50 meter. Delapan hingga 20 rumah lain rusak berat—ada yang atap ambruk, jendela pecah, dan dinding retak. Api sempat menyala, tapi cepat dipadamkan tim pemadam kebakaran setempat. Polisi Metro Tangerang Selatan, dipimpin Kapolres AKBP Victor DH Inkiriwang, langsung amankan lokasi dan matikan aliran listrik untuk cegah ledakan sekunder. Tim Gegana lakukan pemeriksaan bom, tapi konfirmasi: ini murni kecelakaan gas, bukan sabotase. Faktor pemicu? Tabung elpiji yang mungkin rusak atau selang bocor, ditambah ventilasi buruk di rumah semi-permanen. Kronologi ini diungkap lewat rekaman CCTV warga dan kesaksian tetangga, yang bilang aroma gas samar tercium sejak malam sebelumnya tapi tak diwaspadai. Ledakan ini jadi pelajaran keras soal pengecekan rutin peralatan rumah tangga.
Apakah Ada Korban Lain Selain Orang Tersebut
Ya, selain Agus, ada enam korban luka lainnya dari keluarganya dan warga sekitar, dengan kondisi bervariasi dari ringan hingga kritis. Istri Agus, Rini Andriani (39 tahun), dan anak sulungnya, Rizky Aditya Pratama (18 tahun), masih dirawat intensif di ICU RS Hermina Ciputat. Rini alami luka bakar 80 persen derajat 2B, sementara Rizky 12 persen dengan luka terbuka dan kulit terkelupas. Anak bungsu mereka, balita Intan (1,5 tahun), juga terluka tapi kondisinya lebih stabil—ia dirawat untuk luka bakar ringan di bagian tubuh bawah.
Empat warga lain terdampak: Emi (ibu hamil) luka di kepala akibat tertimpa asbes, sementara tiga tetangga—dua dewasa dan satu anak—derita luka lecet dan syok. Total tujuh korban awal, tapi kini enam selamat meski beberapa butuh perawatan jangka panjang. Direktur Medis RS Hermina, Intan Nurhayati, bilang dua korban keluarga Agus masih kritis, tapi Pemkot Tangsel tanggung biaya medis penuh. Selain korban fisik, 52-54 jiwa mengungsi ke masjid terdekat, sementara 20 rumah rusak memaksa renovasi darurat. Trauma psikologis juga melanda: anak-anak takut tidur, warga gelisah soal gas rumah tangga. Bantuan datang cepat—Pemkot mulai renovasi rumah Agus pada 19 September, lengkap dengan dana hibah untuk korban. Ini menunjukkan solidaritas komunitas, tapi juga beban emosional yang tak tergantikan.
Kesimpulan: Ledakan di Kota Pamulang Membuat 1 Korban Meninggal
Ledakan di Pamulang yang merenggut Agus dan lukai keluarganya adalah tragedi yang bisa dicegah, lahir dari kebocoran gas sederhana yang berujung malapetaka. Dari kronologi subuh mencekam hingga duka pemakaman di Sukabumi, cerita ini soroti kerapuhan kehidupan sehari-hari di permukiman padat. Dengan korban luka yang masih berjuang dan 50-an jiwa mengungsi, Pemkot Tangsel tunjukkan respons cepat melalui bantuan medis dan renovasi—tapi pencegahan jadi kunci. Warga kini lebih waspada cek tabung elpiji, polisi ingatkan protokol keselamatan, dan kita semua diajak renungkan: satu percikan bisa ubah segalanya. Semoga Agus tenang di sisi-Nya, keluarganya kuat bertahan, dan Pamulang bangkit lebih aman. Ini bukan akhir; ini panggilan untuk hati-hati di setiap hembusan pagi.