Onad Jalani Pemeriksaan Kasus Narkoba Bersama Istri. Pagi itu, 2 November 2025, pintu masuk gedung Polda Metro Jaya di Jakarta ramai oleh wartawan yang berdesak-desakan. Onad, nama samaran yang sudah akrab di kalangan pecinta konten hiburan malam, melangkah masuk bersama istrinya, Dita. Mereka datang untuk pemeriksaan lanjutan kasus kepemilikan dan penggunaan narkoba yang mengguncang publik pekan lalu. Onad, 35 tahun, dikenal sebagai influencer dengan jutaan followers di platform sosial, tiba-tiba jadi sorotan karena dugaan keterlibatan dalam jaringan distribusi sabu-sabu skala kecil. Bersama Dita, 32 tahun, yang juga aktif di dunia hiburan, pasangan ini menjalani sidang isyarat selama enam jam. Kasus ini bukan sekadar skandal pribadi; ia mencerminkan gelombang penindakan narkoba yang semakin ketat di Indonesia, di mana BNN dan Polri sudah amankan lebih dari 50 ribu kasus sepanjang 2025. Dari pesta mewah hingga interogasi dingin, mari kita urai kronologi dan implikasinya tanpa drama berlebih.
Kronologi Penangkapan dan Penggeledahan Onad
Semuanya bermula pada 25 Oktober malam, saat tim reserse narkoba Polda Metro Jaya lakukan penggerebekan di sebuah apartemen mewah di kawasan SCBD, Jakarta Selatan. Onad dan Dita sedang gelar acara kecil dengan teman-teman selebgram—sebuah gathering biasa yang katanya untuk rayakan ulang tahun. Tapi, petugas yang dapat laporan anonim temukan 250 gram kristal metamfetamin (sabu) tersembunyi di balik panel TV, plus alat hisap dan pil ekstasi sebanyak 50 butir. Onad ditangkap di tempat, sementara Dita awalnya lolos tapi akhirnya serahkan diri keesokan harinya setelah kabur ke hotel di Kemang.
Penggeledahan lanjutan ungkap jaringan lebih luas: HP Onad berisi chat dengan supplier misterius yang berita terkini kirim paket via kurir ojek online. Total barang bukti termasuk timbangan digital dan uang tunai Rp150 juta yang diduga hasil transaksi. Menurut catatan polisi, Onad sudah jadi target sejak Agustus setelah laporan dari mantan rekan kerja yang curiga dengan gaya hidup borosnya—mobil mewah dan liburan ke Bali setiap bulan tak sejalan dengan income kontennya. Dita, yang menikah dengan Onad sejak 2022, diduga terlibat sebagai kurir internal, meski ia klaim hanya tahu soal “obat vitamin” untuk pesta. Hingga pemeriksaan hari ini, keduanya tetap ditahan di Rutan Salemba, dengan status tersangka berdasarkan Pasal 114 UU Narkotika No. 35/2009, yang ancamkan minimal 5 tahun penjara.
Proses ini cepat dan teliti: tes urine keduanya positif sabu, dan rekaman CCTV apartemen tunjukkan pola pengiriman rutin. Kasus ini bagian dari operasi “Nets 2025” BNN, yang targetkan influencer dan seleb sebagai pintu masuk narkoba ke kalangan muda. Onad, yang punya podcast tentang lifestyle, kini jadi contoh nyata bagaimana akses mudah ke zat adiktif bisa hancurkan karir.
Proses Pemeriksaan dan Pengakuan Awal Onad
Hari ini, pemeriksaan berlangsung di ruang khusus lantai 3 Polda, dipimpin Kapolres Jakarta Selatan Kombes Pol Dedi Kurniawan. Onad dan Dita dipanggil secara terpisah tapi bersamaan, dengan jaksa dari Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan hadir sebagai pendamping. Onad, tampak lelah dengan kemeja kusut, akui penggunaan pribadi sejak 2023, katanya untuk “hilangkan stres konten”. Ia sebut mulai dari ganja ringan, lalu naik ke sabu setelah kenalan di pesta klub malam. Total, ia akui beli 500 gram sepanjang tahun, sebagian untuk dijual ke followers via DM Instagram—skala kecil, tapi cukup untuk 20-30 transaksi bulanan.
Dita, dengan rambut diikat asal dan mata sembab, lebih defensif. Ia bilang terlibat karena “dipaksa Onad demi keuangan keluarga”, tapi bukti chat tunjukkan ia aktif tawar-menawar harga dengan supplier. Pengakuannya: mereka impor sabu dari Malaysia via Bandara Soekarno-Hatta, kemas ulang di apartemen, dan distribusi ke Jakarta dan Bandung. Polisi temukan juga obat psikotropika seperti Xanax yang diduga campur aduk untuk efek lebih kuat. Selama enam jam, keduanya jalani polygraph test—Onad lolos parsial, tapi Dita gagal di bagian distribusi, memicu penyelidikan lebih dalam ke rekening bank mereka.
Pemeriksaan ini tak cuma soal fakta; ada elemen psikologis. Psikolog forensik yang dampingi catat Onad tunjukkan gejala depresi pasca-pecat dari agensi, sementara Dita alami anxiety disorder yang katanya “diobati” dengan narkoba. Hasilnya? Rekomendasi rehab wajib jika lolos sidang, tapi untuk sekarang, status tersangka tetap. Ini langkah standar: transparan untuk cegah suap, dengan rekaman video seluruh proses.
Dampak Hukum dan Sosial yang Lebih Luas
Kasus Onad bukan isu pribadi; ia gelombang ke komunitas digital. Followers-nya, yang capai 2,5 juta, ramai unfollow—podcast terakhirnya tentang “rahasia sukses” kini viral dengan komentar sinis. Sponsor seperti brand fashion lokal langsung putus kontrak, rugikan Onad Rp500 juta per tahun. Secara hukum, tuntutan bisa capai 15 tahun penjara jika terbukti distribusi, plus denda Rp10 miliar. Ini sesuai tren 2025: BNN laporkan peningkatan 25% kasus narkoba di kalangan usia 25-40 tahun, didorong media sosial yang glamorisasi gaya hidup.
Sosialnya lebih pedih. Keluarga Onad, yang tinggal di Depok, tolak komentar—ayahnya, pensiunan PNS, katanya patah hati. Dita, ibu tunggal sebelum nikah, kini hadapi tuntutan hak asuh anak dari mantan suami. Komunitas anti-narkoba seperti Yayasan Kanker Indonesia manfaatkan kasus ini untuk kampanye: “Influencer Bukan Idola, Tapi Contoh”. Di sisi lain, ini buka diskusi soal regulasi konten—apakah platform harus scan DM untuk transaksi ilegal? Polri rencanakan kolaborasi dengan Meta dan TikTok untuk deteksi dini.
Tapi, ada sisi manusiawi: Onad minta maaf via pengacara, janji rehab dan bantu kampanye anti-narkoba jika bebas bersyarat. Kasus ini ingatkan bahwa di balik filter Instagram, ada realita gelap yang butuh penanganan holistik, bukan cuma hukuman.
Kesimpulan
Pemeriksaan Onad dan Dita hari ini tutup babak awal dari skandal yang menggugat citra sempurna dunia influencer. Dari apartemen glamor ke ruang interogasi, kasus ini ungkap betapa dekatnya godaan narkoba dengan kehidupan modern—mudah didapat, sulit dilepas. Dengan pengakuan parsial dan bukti kuat, jalan ke pengadilan sudah terbentang, tapi harapan rehab bisa jadi jalan keluar. Bagi publik, ini pelajaran: ikuti idola, tapi jangan tiru kegelapan. Di 2025, di mana narkoba makin canggih lewat online, kesadaran kolektif jadi kunci. Semoga Onad dan Dita temukan jalan pulih, dan kasus ini cegah yang lain jatuh ke lubang yang sama. Hiburan boleh, tapi batas harus jelas.
