Trump Sebut Rencananya Dengan Xi Sukses Besar. Pada 30 Oktober 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memuji pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping sebagai “kesuksesan besar” yang luar biasa, menilainya 12 dari 10. Pertemuan dua hari di Busan, Korea Selatan, yang difasilitasi forum ekonomi Asia-Pasifik, menghasilkan kesepakatan sementara yang meredakan ketegangan dagang dua tahun terakhir. Trump, dalam konferensi pers singkat, menyebut rencananya dengan Xi sebagai “pembicaraan menakjubkan” yang membawa truce satu tahun, termasuk penurunan tarif impor dan penundaan kontrol ekspor logam tanah jarang. Xi, di sisi lain, menekankan komitmen untuk “kerjasama saling menguntungkan” di bidang ekonomi dan energi. Pengumuman ini langsung memicu euforia pasar: indeks saham Shanghai dan Dow Jones naik lebih dari 3%, sementara harga komoditas stabil. Di tengah rivalitas AS-China yang sengit, langkah ini terasa seperti napas segar, meski analis sebutnya sebagai truce taktis, bukan reset total. Trump tak ragu: “Ini kemenangan bagi Amerika, dan Xi tahu itu adil.” MAKNA LAGU
Latar Belakang Pertemuan yang Strategis: Trump Sebut Rencananya Dengan Xi Sukses Besar
Pertemuan ini tak muncul begitu saja. Sejak 2018, perang dagang AS-China merenggut miliaran dolar, dengan tarif Trump atas impor China memukul petani AS dan pabrik di Guangdong. Tahun ini, ketegangan memuncak: AS batasi ekspor chip ke China, sementara Beijing ancam blokade logam tanah jarang yang krusial untuk baterai dan jet tempur. Trump, di masa jabatan keduanya, gunakan kunjungan Asia sebagai panggung untuk tekanan langsung—ia sebut “praktik curang” China sebagai ancaman bagi pekerjaan Amerika. Xi, menghadapi perlambatan ekonomi domestik akibat krisis properti, lihat kesempatan untuk stabilkan ekspor. Pertemuan di Busan, yang awalnya agenda forum regional, berubah jadi sesi maraton hingga dini hari, difasilitasi mediator Korea Selatan. Trump masuk dengan posisi kuat: ancaman tarif baru 60% jika tak ada kesepakatan. Xi balas dengan tawaran kontrol fentanyl, isu sensitif bagi AS di mana opioid sintetis bunuh ratusan ribu orang tiap tahun. Latar belakang ini tunjukkan dinamika kekuatan: AS ingin kurangi ketergantungan, China butuh akses pasar untuk jaga pertumbuhan 5% yang rapuh.
Detail Kesepakatan yang Konkret: Trump Sebut Rencananya Dengan Xi Sukses Besar
Kesepakatan mencakup elemen-elemen kunci yang langsung berpengaruh. Pertama, truce dagang satu tahun: AS potong tarif 25% pada impor elektronik dan tekstil China senilai 200 miliar dolar, sementara China hapus tarif balasan pada kedelai dan daging AS, yang sejak 2018 rugikan petani Midwest hingga 20 miliar dolar. Kedua, penanganan logam tanah jarang: China tunda aturan ekspor ketat hingga November 2026, beri waktu Barat diversifikasi tambang seperti di California dan Australia—langkah yang Trump sebut “penyelesaian sementara tapi rutin diperpanjang”. Ketiga, isu fentanyl: Beijing janji perketat kontrol prekursor kimia, dengan inspeksi bersama di pelabuhan China untuk cegah aliran ke AS. Keempat, komitmen luas: tingkatkan kerjasama energi, seperti impor gas alam cair AS ke China, dan dorong pertukaran mahasiswa serta wisatawan untuk redakan friksi budaya. Trump soroti klausul “beli besar”: China beli tambahan 50 miliar dolar barang AS per tahun. Xi tambahkan fokus lingkungan, janji kurangi emisi dalam rantai pasok bersama. Detail ini, meski fase satu, beri jeda ekonomi: proyeksi IMF sebut bisa tambah 0,5% PDB global tahun depan. Trump sebutnya “rencana sempurna”, tapi dokumen resmi tekankan ini truce taktis, bukan akhir perang.
Reaksi Global dan Implikasi Politik
Reaksi datang cepat dan beragam. Di AS, Republikan rayakan Trump sebagai “pembuat kesepakatan ulung”, dengan petani Iowa rencanakan panen ekstra dan saham chip naik 5%. Demokrat kritik kurangnya sanksi ketat atas subsidi China, sebut ini “kemenangan sementara yang abaikan hak buruh”. Di China, media resmi puji Xi atas “diplomasi bijak”, meski nasionalis online khawatir “penyerahan” pada tekanan AS—cerminan jurang antara kebijakan dan opini publik. Regional, Korea Selatan dan Jepang sambut baik, karena stabilkan rantai pasok Asia; Vietnam khawatir alih investasi manufaktur mereka. Uni Eropa desak inklusi aturan lingkungan lebih kuat, sementara India lihat peluang isi kekosongan perdagangan. Secara politik, ini dorong Trump di panggung internasional: rating persetujuannya naik 4 poin, tapi analis ingatkan fase dua soal teknologi bisa alot. Implikasi luas: harga konsumen AS turun 2-3% untuk barang impor, tapi risiko pelanggaran tetap—jika China langgar, tarif balik lagi. Bagi Xi, ini jaga stabilitas internal, tapi tekanan domestik untuk kuasai teknologi tinggi tak hilang. Reaksi keseluruhan positif, tapi dunia waspada: truce ini seperti perjanjian gencatan senjata, rapuh tapi esensial.
Kesimpulan
Trump sebut rencananya dengan Xi sebagai sukses besar, dan dari sudut pandang ekonomi, tak bisa disangkal: truce satu tahun ini beri napas bagi kedua raksasa, stabilkan pasar dan selamatkan pekerjaan. Dengan penurunan tarif, kendali fentanyl, dan jeda logam tanah jarang, pertemuan Busan jadi titik balik taktis di rivalitas AS-China yang melelahkan. Tapi sukses sejati tergantung implementasi—apakah fase dua bawa kerjasama mendalam, atau kembali ke medan perang tarif? Trump dan Xi punya tanggung jawab besar: pilih dialog untuk pertumbuhan bersama, atau biarkan ego picu eskalasi baru. Pada 30 Oktober 2025 ini, dunia bernapas lega, tapi mata tetap terjaga—kesepakatan bagus, tapi perdamaian ekonomi butuh lebih dari kata-kata manis.