trump-temui-raja-charles-langsung-untuk-bahas-kerjasama

Trump Temui Raja Charles Langsung Untuk Bahas Kerjasama. Presiden Amerika Serikat Donald Trump tiba di London pada 15 September 2025 untuk kunjungan kenegaraan yang menjadi sorotan dunia, termasuk pertemuan langsung dengan Raja Charles III di Kastil Windsor. Kunjungan ini, yang merupakan kedua kalinya bagi Trump setelah kunjungan pada 2019 di masa pemerintahan Ratu Elizabeth II, menandakan upaya memperkuat hubungan antara AS dan Inggris di tengah dinamika geopolitik yang kompleks. Pertemuan ini tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga membahas kerja sama strategis di bidang pertahanan, teknologi, dan perdagangan. Artikel ini akan mengupas profil Raja Charles, hubungannya dengan Trump, agenda kerja sama yang dibahas, dan implikasi dari pertemuan ini. BERITA BOLA

Siapa Itu Raja Charles
Raja Charles III, lahir pada 14 November 1948, adalah kepala monarki Inggris yang naik takhta pada September 2022 setelah wafatnya ibunya, Ratu Elizabeth II. Sebelum menjadi raja, ia dikenal sebagai Pangeran Wales selama lebih dari 50 tahun, dengan fokus pada isu lingkungan, arsitektur, dan filantropi. Charles dikenal sebagai pendukung kuat keberlanjutan, mendirikan inisiatif seperti Prince’s Trust untuk membantu pemuda dan mempromosikan pertanian organik. Sebagai raja, ia berperan sebagai kepala negara simbolis di Inggris dan 14 negara Persemakmuran, termasuk Kanada dan Australia. Meski menghadapi tantangan kesehatan akibat diagnosis kanker pada 2024, Charles tetap aktif menjalankan tugas kenegaraan, termasuk mengundang pemimpin dunia seperti Trump untuk memperkuat hubungan diplomatik.

Apa Hubungan Raja Charles Dengan Donald Trump
Hubungan antara Raja Charles dan Donald Trump memiliki dinamika yang unik. Selama masa jabatan pertama Trump (2017–2021), ia bertemu Charles, yang saat itu masih Pangeran Wales, selama kunjungan kenegaraan pada 2019. Trump memuji Charles sebagai “pria hebat” dan mengungkapkan kekagumannya pada keluarga kerajaan, yang diperkuat oleh fakta bahwa ibunya, Mary Trump, lahir di Skotlandia. Namun, perbedaan pandangan muncul di bidang lingkungan, dengan Charles sebagai aktivis iklim dan Trump yang skeptis terhadap perubahan iklim, pernah menyebutnya sebagai “hoax” pada 2016. Meski begitu, keduanya menjaga hubungan diplomatik yang hangat, dengan Charles mengundang Trump untuk kunjungan kedua pada 2025, sebuah langkah yang jarang terjadi untuk presiden AS dalam masa jabatan kedua. Undangan ini diserahkan melalui PM Inggris Keir Starmer selama kunjungan ke Gedung Putih pada Februari 2025, menunjukkan pentingnya hubungan AS-Inggris.

Kerjasama Apa yang Akan Dibahas Oleh Mereka Berdua
Pertemuan Trump dan Raja Charles di Kastil Windsor pada 17 September 2025 berfokus pada beberapa kerja sama strategis. Pertama, keduanya membahas penguatan pakta AUKUS, yang melibatkan AS, Inggris, dan Australia untuk modernisasi kapal selam bertenaga nuklir guna menghadapi pengaruh Tiongkok di Indo-Pasifik. Trump menekankan pentingnya teknologi AS dalam proyek ini, dengan anggaran $10 miliar untuk mendukung galangan kapal Inggris hingga 2030. Kedua, mereka membahas investasi teknologi, khususnya di bidang kecerdasan buatan dan semikonduktor, dengan AS menawarkan dana $5 miliar untuk proyek bersama di Inggris. Ketiga, Trump mendorong perjanjian perdagangan bebas pasca-Brexit, dengan potensi meningkatkan ekspor Inggris ke AS sebesar 15% dalam lima tahun. Meski Charles berperan simbolis, kehadirannya dalam jamuan kenegaraan dengan 150 tamu terpilih memperkuat komitmen diplomatik. Selain itu, diskusi juga menyentuh krisis energi global, dengan Inggris mendesak AS untuk mendukung transisi energi hijau, meski Trump lebih memprioritaskan minyak dan gas.

Kesimpulan: Trump Temui Raja Charles Langsung Untuk Bahas Kerjasama
Kunjungan Donald Trump ke Raja Charles III pada September 2025 adalah langkah strategis untuk memperdalam hubungan AS-Inggris di tengah tantangan global. Meski memiliki perbedaan pandangan, keduanya menunjukkan komitmen untuk menjaga aliansi yang kuat, dengan fokus pada kerja sama pertahanan melalui AUKUS, investasi teknologi, dan perdagangan. Pertemuan ini, yang diwarnai kemegahan seremonial dan negosiasi substantif, menegaskan pentingnya “hubungan khusus” antara kedua negara. Bagi dunia, termasuk Indonesia yang memantau dinamika geopolitik, langkah ini menunjukkan betapa aliansi strategis dapat membentuk keseimbangan kekuatan global. Keberhasilan kerja sama ini bergantung pada kemampuan kedua pihak untuk menavigasi perbedaan dan memanfaatkan peluang bersama, sambil menghadapi tantangan seperti persaingan dengan Tiongkok dan krisis energi.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *