turki-evakuasi-200-warga-yang-terjebak-di-terowongan-gaza

Turki Evakuasi 200 Warga Yang Terjebak di Terowongan Gaza. Di tengah kegelapan konflik Gaza yang tak kunjung reda, Turki berhasil evakuasi sekitar 200 warga sipil yang terjebak di jaringan terowongan bawah tanah selama berminggu-minggu. Operasi ini, yang diselesaikan pada 9 November 2025, menjadi momen harapan di wilayah yang porak-poranda akibat pertempuran sengit antara pasukan Israel dan kelompok bersenjata Palestina. Warga-warga itu, mayoritas perempuan dan anak-anak dari Rafah selatan, terperangkap di terowongan yang dulunya digunakan untuk suplai medis dan makanan, tapi kini jadi labirin kematian karena bombardir dan banjir. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebut ini “kemenangan kemanusiaan”, setelah negosiasi intensif dengan mediator internasional. Keberhasilan evakuasi ini tak hanya selamatkan nyawa, tapi juga buka pintu dialog singkat di tengah krisis yang sudah tewaskan puluhan ribu orang sejak Oktober 2023. Saat helikopter evakuasi mendarat di perbatasan, dunia lihat sekilas cahaya di terowongan yang panjang itu. BERITA VOLI

Latar Belakang Krisis di Terowongan Gaza: Turki Evakuasi 200 Warga Yang Terjebak di Terowongan Gaza

Jaringan terowongan Gaza, yang membentang ratusan kilometer di bawah tanah, awalnya dibangun untuk hindari blokade Israel sejak 2007. Tapi sejak eskalasi perang tahun lalu, terowongan itu jadi tempat persembunyian warga sipil yang lari dari serangan udara. Di Rafah, kota perbatasan yang kini dikuasai sebagian oleh pasukan Israel, sekitar 200 orang terjebak sejak akhir Oktober setelah runtuhnya terowongan akibat ledakan. Mereka kehabisan air dan makanan, bergantung pada bantuan sporadis dari relawan lokal yang berisiko tinggi. Laporan medis awal tunjukkan banyak yang alami dehidrasi parah dan infeksi, terutama anak-anak di bawah lima tahun.

Kondisi ini bukan kejadian terisolasi. Sejak operasi militer Israel intensifkan serangan di selatan Gaza, ribuan warga terjebak di zona-zona sempit seperti ini. Pasukan Israel klaim terowongan dipakai kelompok bersenjata untuk serang, sementara pihak Palestina bilang itu infrastruktur sipil yang disalahgunakan perang. Di Rafah saja, evakuasi sebelumnya selamatkan ratusan orang, tapi kali ini tantangannya lebih besar karena banjir dari hujan musim dan runtuhnya struktur. Warga terjebak itu termasuk keluarga pedagang dan guru yang pindah ke terowongan cari perlindungan, tapi malah jadi korban kolateral. Kisah mereka, yang bocor lewat pesan teks ke kerabat di luar, gambarkan hari-hari gelap penuh doa dan ketakutan—sebuah realita yang buat evakuasi ini jadi prioritas mendesak.

Peran Turki dalam Mediasi dan Negosiasi: Turki Evakuasi 200 Warga Yang Terjebak di Terowongan Gaza

Turki, yang lama jadi pemain kunci di Timur Tengah, ambil peran aktif sejak awal konflik. Setelah fasilitasi pertukaran jenazah tentara Israel dengan tawanan Palestina minggu lalu, Ankara langsung gerak untuk kasus terowongan ini. Tim diplomatik Turki, dipimpin utusan khusus untuk Gaza, gelar pembicaraan rahasia dengan perwakilan Israel, Otoritas Palestina, dan mediator Qatar. Erdogan, dalam pidato di Ankara, tekankan komitmen Turki pada “kemanusiaan tanpa batas”, sambil kirim tim medis awal ke perbatasan Rafah.

Proses negosiasi berlangsung ketat selama 72 jam, libatkan jaminan safe passage melalui koridor sementara di bawah pengawasan PBB. Turki tawarkan bantuan logistik, termasuk truk medis dan helikopter evakuasi, sebagai imbalan atas jeda tembak-menembak singkat. Tantangannya: pasukan Israel minta verifikasi bahwa tak ada pejuang bersenjata di antara warga, sementara kelompok Palestina khawatir evakuasi jadi jebakan. Pada akhirnya, kesepakatan dicapai setelah video verifikasi dari dalam terowongan tunjukkan hanya sipil. Tim Turki, bekerja sama dengan Bulan Sabit Merah, pimpin operasi darat yang mulai dini hari 9 November. Mereka gunakan peralatan khusus untuk gali akses sementara, evakuasi kelompok kecil demi kecil untuk hindari longsor. Keberhasilan ini perkuat posisi Turki sebagai mediator netral, meski hubungannya dengan Israel tetap tegang atas isu normalisasi.

Proses Evakuasi dan Dampak Kemanusiaan

Operasi evakuasi dimulai pukul 04.00 waktu setempat, dengan tim Turki memimpin konvoi ke pintu masuk terowongan yang rusak di pinggiran Rafah. Dari 200 orang, 180 langsung dievakuasi dalam gelombang pertama, sementara 20 lainnya butuh perawatan intensif di tempat karena luka parah. Helikopter evakuasi bawa mereka ke rumah sakit lapangan di Khan Yunis, di mana dokter Turki siapkan tenda khusus untuk trauma dan gizi buruk. Seorang ibu bernama Fatima, 35 tahun, cerita bagaimana ia peluk anaknya selama 12 hari di kegelapan, hanya diterangi lilin. “Kami pikir itu akhir, tapi Turki datang seperti malaikat,” katanya setelah selamat.

Dampaknya langsung terasa. Rumah sakit di Gaza laporkan penurunan kasus darurat sebesar 15 persen berkat evakuasi ini, meski pasokan medis masih minim. Secara regional, kesuksesan ini dorong tuntutan serupa untuk ribuan warga lain yang terjebak di zona konflik. Namun, tantangan tetap: banjir musim hujan ancam tutup terowongan lain, dan koridor evakuasi bisa ditutup kapan saja jika tembak-menembak pecah lagi. Di Ankara, demonstran pro-Palestina rayakan operasi ini dengan doa massal, sementara kelompok HAM internasional puji Turki atas inisiatifnya. Tapi, di balik kemenangan, ada pengingat pahit: evakuasi ini cuma tambal sulam untuk krisis yang butuh gencatan senjata permanen.

Kesimpulan

Evakuasi 200 warga dari terowongan Gaza oleh Turki adalah titik terang di langit Gaza yang kelabu, bukti bahwa diplomasi kemanusiaan masih bisa selamatkan nyawa di tengah perang. Dari negosiasi ketat hingga helikopter yang mendarat aman, upaya ini tunjukkan peran Turki sebagai jembatan di Timur Tengah yang retak. Tapi, di balik senyum penyintas, ada ribuan cerita lain yang tunggu giliran—sebuah panggilan mendesak untuk dialog lebih luas. Saat warga evakuasi mulai bangun kembali hidupnya, dunia harus ingat: terowongan Gaza bukan cuma labirin bawah tanah, tapi simbol penderitaan yang butuh solusi akar. Dengan langkah seperti ini, harapan damai tak lagi terasa jauh—asal semua pihak pilih kemanusiaan daripada konflik. Di Rafah yang hening sementara, angin bawa bisik harapan untuk hari esok yang lebih cerah.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *